My Music

Kamis, 15 Januari 2015

MENERANGI DUSUN

Kompas, Jumat 26 Desember 2014

Di Susun Oleh : VIDELIS  JEMALI


Bapak Sudirman yang betempat tinggal di  Dusun Kawerewere, Rejeki, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Selawesi Tengah pada tahun 2003 berniat untuk membangun rumah permanen di sekitar dusunnya dengan semen sebanyak 50 zak. Namun keinginannya berubah karena ingin membuat sumber energi di Dusunnya. Lalu semne tersebut di kelola di Sungai Meno yang tidak jauh dari rumahnya.

Bapak Sudirman ingin membuat PLTM ( Pembangkit Listrik Tenaga Mikrodha ) untuk Dusun Kawerewere. Tiga hari pertama beliau hanya berkutat sendiri untuk membuat proyeknya tersebut, namun ke esokan harinya tetangga membantunya dengan memberikan 2 zak semen lalu disusun 3 orang untuk membantunya membangun alur sungai dan bak penamung.

Sekitar pertengahan maret kerja keras itu membuahkan hasil dengan dimulai kincir kayu berdiameter 50. Llu bapak Sudirman mencoba kincir kayu berdiameter 80  dan bertambah rumah yang di aliri arus listrik. Lalu di buat kembali kincir kayunya menjadi berdiameter 150 pada tahun 2005 dan bertambah 13 unit rumah . Dan saat ini warga menyumbang Rp. 25.000,- dan bagi warga yang ingin di aliri listrik selama 24 jam membayar Rp. 40.000,-

Putaran kincir air itu menghasilkan 3000watt , listrik jarang mati kalau pun mati karena banjir bandang pada April 2014 karena kincir airnya dan dinamonya tergusur. Lalu waarga sekitar bergotong royong selama tiga bulan untk memperbaikinya.

bila kita melihat lebih dalam bapak Sudirman (41) lahir di Palu , 10 Juni 1973 dan sang istri bernama Zuliana (37) dan dikaruniai dua anak. Bapak Sudirman merupakan lulusan Diploma III Arsitektur Bangunan Fakultas Teknik Universitas Tadulako (2009) , dan mendapatkan penghargaan Energi Prakarsa 2013 dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.

” Saya akan berusaha sekuat tenaga agar apa yang saya lakukan ini menjadi warisan yang berumur panjang , bila perlu dikembangkan dengan modifikasi-modifikasi oleh generasi selanjutnya,” ujarnya.

RATNAGANADI PARAMITA

Sabtu, 10 Januari 2014


Perempuan kelahiran Jakarta, 8 November 1992 ini penerima Satyalencana Wira Karya bidang Sains dan Seni dari PresidenRI. Ratna tidak ingin berhenti berkarya untuk Indonesia bahkan tahun ini dia menyelesaikan pendidikannya di bidang Neurosains dari Universitas California, San Diego, Amerika dengan mendapatkan beasiswa penuh selama 4 tahun. 

Walaupun banyak tawaran untuk bekerja diluar negeri namun dia tetap ingin kembali pulang dan mengembangkan neurosains di negeri asalnya, Indonesia. Ketertarikannya dalam bidang neurosains bermula saat mengamati cara anak belajar di pendidikan formal yang terlalu dibebani beragam pelajaran dan diminta untuk mengetahui dan meghafal sementara hanya di berikan porsi yang sedikit untuk anak mengasah kemampuan berfikir dan memecahkan masalah. 

Padahal kita bisa mengubah kebiasaan tersembut dengan satu kunci yaitu "kemauan". Anak-anak diajak untuk berdisusi sebuah masalah dan diajak untuk mencari solusi atau jalan keluarnya. Dengan neurosains, otak dibantu untuk bekerja lebih optimal dan lebih fokus pada hal yang penting

Menjemput Semangat dan Bakat Mereka

Kompas, Rabu 19 November 2014


( Di Susun Oleh : Cornelius Helmy )


Dadan dan Ginanjar, dua orang yang penuh dengan kegigihan dalam bidang pendidikan. Dadan dan Ginanjar merupakan orang yang mencari dan ‘menjemput’ anak-anak di sekitar Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa barat. Mereka berdua memiliki peran masing-masing yakni Dadan untuk menjemput anak-anak sedangkan Ginanjar bertanggung jawab mengenai kewirausahaan.

Yang dimaksud dari menjeput ialah mereka berdua ingin anak-anak yang tidak mampu dalam biaya bisa bersekolah dan mereka berjalan menyusuri kabupaten dan menyusuri jalan yang cukup sulit ditempuh. Namun mereka tetap bersemangat dan tetap menjaga kesehatan mereka agar tetap bugar menjalankan aktivitas ‘menjemput’ anak- anak agar dapat bersekolah. Banyak orang tua yang setuju dan merasa senang karena anak-anak mereka dapat lulus SMP dan bahkan banyak dari orang tua yang anak-anaknya dapat melanjutkan ke SMA.

Ginanjar berperan dalam bidang kewirausahaan agar murid-muridnya dapat mandiri, Ginanjar pun harus memastikan semua muridnya bersungguh- sungguh dalam mengerjakannya dan mereka juga memulai usaha mereka di tempat warung- warung sekitar. Usaha mereka tidak selalu berjalan mulus, mereka juga mengalami lika liku, dulu mereka pernah mengalami penyusutan murid dan kini seiring dengan berjalannya waktu murid-murid pun mengalami peningkatan.

Ginanjar MS mengeluti pendidikan sampai S-1 sedangkan Dadan lulusan S-2 mereka penuh dedikasi terhadap pendidikan dan kini mereka senang karena murid murid yang mereka jemput kini menglami perkembangan yang signifikan dalam pendidikan.

MEMELUK SEJARAH BATIK YANG PUNAH

Kompas, Rabu, 17 Desember 2014

(DI SUSUN OLEH : CORNELIUS HELMY)

Sosok Enung Nurul Huda (67) adalah seorang seniman batik yang berada di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Batik yang masih dipertahankan beliau adalah batik Sukapura. Banyak para pembeli yang berpaling saat berinteraksi dengan beliau karena harga batik Sukapura yang mahal. Wajar karena batik tersebut dapat selesai selama 1 bulan per helai. Menurut Bapak Enung batik Sukapura bukan kain yang dibuat agar laris di jual namun ia yakin bahwa batik Sukapura memiliki warisan dan sejarah dimasanya.
Beliau tetap menjaga semangantnya untuk tetap membatik batik Sukapura. Batik Sukapura dahulu memiliki masa kejayaannya pada tahun 1998 karena batik yang diyakini di bawa oleh prajurit  Pangeran Diponegoro ini laris. Sehingga Beliau memiliki banyak pekerja yang membatik batik Sukapura sekitar 200 orang. Lalu terjadi krisis moneter dan yang tadinya harga kain hanya Rp. 20.000-, menjadi Rp. 220.000-,. Maka Beliau menutup usahnya beberapa bulan karena tidak dapat menggaji para  pegawainya. Kini hanya tersisa 10 orang itu pun sebagai selingan saja saat para pembatik tidak mengambil panen.
Bila kita melihat lagi latar belakang bapak Enung Nurul Huda lahir di Tasikmalaya, dan pendidikan hanya sampai SMA saja. Namun semangatnya untuk melestarikan batik karena beliau terbiasa melihat orang tuanya membatik ia pun kian semangat lagi untuk membatik batik Sukapura.
Kini salah satu sekolah di SMPN 1 Sukaraja kini memiliki ekstrakulikuler membatik agar generasi muda masih tahu batik Sukapura. Dan setelah beliau mengikuti Pameran Batik dan Batu Mulia di Gedung Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya. Kini batik Sukapura akan digunakan untuk pegawai negri sipil di Kabupaten Tasikmalaya.
Batik Sukapura kini menemukan kembali masa kejayaannya.